Hell Yeah Pointer 4 Santrijala
SANTRI PERANTAUAN

Sabtu, 02 Maret 2019

Hukum Pria Memakai Kalung

Laki-laki berkalung


Assalamu'alaikum, Maaf, mau tanya, kalau laki'' memakai kalung hukumnya apa ?? Kalung emas / kalung perak / kalung mainan / bahkan kalung dari stainlees steel, menurut pandangan islam bagaimana ??

JAWABAN :

Wa'alaikumsalam. 
Diperbolehkan dengan catatan :
1. Bukan terbuat dari bahan emas atau perak menurut mayoritas ulama sedangkan al-Mutawally dan al-Ghozaly memperbolehkan kalung dari bahan perak bagi laki-laki

2. Bukan tergolong perhiasan yang khusus dipakai oleh wanita

قال أصحابنا يجوز للرجل خاتم الفضة بالاجماع وأما ما سواه من حلي الفضة كالسوار والمدملج والطوق ونحوها فقطع الجمهور بتحريمها وقال المتولي والغزالي في الفتاوى يجوز لانه لم يثبت في الفضة الا تحريم الاواني وتحريم التشبه بالنساء والصحيح الاول لان في هذا تشبها بالنساء وهو حرام

Berkata Para Pengikut Madzhab Suafi’i “Boleh bagi laki-laki memakai cincin perak dengan kesepakatan ulama sedang untuk perhiasan lainnya semacam gelang tangan, gelang lengan, kalung dsb menurut mayoritas ulama mengharamkannya.

Berkata al-Mutawally dan al-Ghozali “Boleh memakai perhiasan-perhiasan diatas yang terbuat dari perak karena yang diharamkan dalam barang yang terbuat dari perak sebatas barang-barang perkakas dan adanya unsure penyerupaan dengan wanita”. Namun yang shahih adalah pendapat pertama karena dalam masalah ini terjadi penyerupaan dengan wanita yang diharamkan. [ Al-Majmu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab IV/444 ].

يجوز للرجل التختم بالفضة لما روى أنه (اتخذ خاتما من فضة) وهل له لبس ما سوى الخاتم من حلي الفضة كالسوار والدملج والطوق لفظ الكتاب يقتضي المنع حيث قال ولا يحل للرجال إلا التختم به وبه قال الجمهور وقال ابو سعيد المتولي إذا جاز التختم بالفضة فلا فرق بين الاصابع وسائر الاعضاء كحلي الذهب في حق النساء فيجوز له لبس الدملج في العضد والطوق في العنق والسوار في اليد وغيرها وبهذا أجاب المصنف في الفتاوى وقال لم يثبت في الفضة إلا تحريم الاواني وتحريم التحلي علي وجه يتضمن التشبه بالنساء –إلى أن قال- ويحرم علي النساء تحلية آلات الحرب بالذهب والفضة جميعا لان في استعمالهن لها تشبها بالرجال وليس لهن التشبه بالرجال هكذا ذكره الجمهور واعترض عليه صاحب المعتمد بأن آلات الحرب من غير ان تكون محلاة إما ان يجوز للنساء لبسها واستعمالها أو لا يجوز (والثانى) باطل لان كونه من ملابس الرجال لا يقتضى التحريم إنما يقتضي الكراهة ألا ترى انه قال في الام ولا اكره للرجل لبس اللؤلؤ إلا للادب وانه من زى النساء لا للتحريم فلم يحرم زى النساء علي الرجال وإنما كرهه فكذلك حكم العكس

Boleh bagi laki-laki memakai cincin perak karena diriwayatkan bahwa baginda nabi memakai cincin dari perak, bolehkah baginya memakai perhiasan selain cincin semacam gelang tangan, gelang lengan, kalung dsb yang terbuat dari perak ? Redaksi Kitab mengarah pada tidak bolehnya seperti ungkapan Pengarang “Dan tidak boleh bagi laki-laki kecuali perhiasan cincin dari perak” Dan yang demikian juga pendapat mayoritas Ulama namun Abu Sa’id al-Mutawally menyatakan “Bila memakai cincin perak dihalalkan maka tidak dibedakan kehalalan memakainya baik terpakai dijemari atau anggauta tubuh lainnya sebagaimana kelegalan perhiasan emas bagi wanita, maka boleh bagi laki-laki memakai gelang lengan, kalung dileher, gelang ditangan dsb” dst…….. [ Syarh al-Wajiiz VI/28 ].

(مسألة: ي): ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح والتحفة والإمداد وشن الغارة، وتبعه الرملي في النهاية هو أن يتزيا أحدهما بما يختص بالآخر، أو يغلب اختصاصه به في ذلك المحل الذي هما فيه.

Batasan penyerupaan yang di haramkan pada kasus penyerupaan orang laki-laki pada perempuan dan sebaliknya adalah apa yang diterangkan oleh Ulama Fiqh dalam kitab Fath aljawaad, Tuhfah, Imdaad dan kitab syun alghooroh. Imam Romli juga mengikutinya dalam kitab Annihaayah, Batasannya adalah : "Bila salah satu dari lelaki atau wanita tersebut berhias memakai barang yang dikhususkan untuk lainnya atau pakaian yang jamak di gunakan pada tempat tinggal lelaki dan wanita tersebut". [ Bughyah Almustarsyidiin 604 ].

 Wallaahu A'lamu Bis Showaab


Senin, 25 Februari 2019

Sisi Lain Dari Terkabulnya Sebuah Doa



Di dalam Al-Qur’an kita akan menemukan berbagai macam versi tentang syarat-syarat terkabulnya doa. Namun kali ini kita akan mengutip dari dua ayat pada Surat Al-A’raf tentang syarat terkabulnya doa.

Dua ayat ini memberi kita lima isyarat agar doa kita terkabulkan :


(1) Jagalah adab berdoa dengan rendah hati dan penuh kelembutan.

Ingatlah kepada siapa engkau sedang memohon. Renungkan selalu kebesaran-Nya dan renungkan kelemahan dan kehinaan kita dihadapan Allah SWT.

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut.”


(2) Jangan memohon sesuatu yang melanggar Sunnatullah.

Pikirkan dahulu apa yang akan kau minta, jangan sampai permintaanmu adalah sesuatu yang melawan Sunnatullah. Seperti memohon hal-hal yang mustahil.

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”


(3) Janganlah engkau berdoa sementara pelanggaran dan kemaksiatan terus engkau lakukan.

Terkadang manusia berdoa dan memohon kepada Allah SWT, namun disaat yang sama ia selalu mengiringinya dengan perbuatan maksiat. Ingatlah bahwa dosa-dosa itu akan menahan terkabulnya doamu.

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.”


(4) Dalam berdoa harus selalu seimbang antara harapan kepada Allah dan rasa takut kepada-Nya.

Dalam setiap doa yang kau lantunkan, hatimu harus selalu diimbangi antara harapan dan rasa takut kepada-Nya.

وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا

Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.”


(5) Iringi doamu dengan bakti dan kebaikan kepada sesama.

Kebaikan yang kau lakukan akan mendorong doamu untuk naik dan diterima oleh Allah SWT. Karena Allah begitu dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan.

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”

(QS. Al-A’raf: 55-56)

Semoga bermanfaat…


Senin, 04 Februari 2019

Bersyukur Adalah Kunci Meraih Nikmatnya Hidup




Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita untuk mensyukuri nikmat Allah SWT.

Namun seringkali ketika kita mengingat kata “syukur” pasti yang terbersit dalam benak kita adalah kata “tambahan nikmat”.

Memang kalimat di atas adalah janji Allah SWT untuk mendorong manusia agar selalu bersyukur, seperti dalam firman-Nya,

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)

Namun yang perlu kita ingat, bersyukur bukan hanya tentang mendapat tambahan nikmat dari Allah SWT.

Bersyukur juga memiliki efek dahsyat yaitu mencabut dan mengangkat bala’ dari Allah SWT.

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’: 147)


Lebih dari itu, ketika kita bersyukur maka Allah pun akan mensyukuri amal perbuatan yang kita lakukan. Karena salah satu Nama-Nya adalah As-Syakur.


إِنَّ هَٰذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا

Inilah balasan untukmu, dan segala usahamu diterima dan diakui (Allah).” (QS. Al-Insan: 22)


Namun sekali lagi, syukur bukan hanya tentang itu semua. Bukan hanya tentang tambahan nikmat, tercabutnya bala’ atau ganjaran yang agung. Tapi yang lebih mahal dari itu semua adalah bahwa dibalik syukur itu ada kerelaan Allah SWT.

Kunci meraih kerelaan Allah adalah bersyukur. Bukankah harapan tertinggi yang ingin diraih oleh seorang hamba adalah kerelaan dari Tuhannya?


رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. Al-Ma’idah: 119)

Bukankah kerelaan Allah jauh lebih mahal dari surga dengan semua kenikmatannya?

وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Dan keridhaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 72)

Ingatlah selalu bahwa bersyukur bukan hanya tentang apa yang akan kau dapatkan di dunia, namun dibalik syukur itu ada kunci untuk membuka sesuatu yang menjadi cita-cita setiap hamba yaitu Kerelaan Allah SWT.

وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu.” (QS. Az-Zumar: 7)

Karena itu orang yang bersyukur, dia sedang mensyukuri dirinya sendiri. Dan yang kufur maka ia sedang mengkufuri dirinya sendiri. Bayangkan begitu sibuknya Iblis dan bala tentaranya untuk menyesatkan manusia, namun ternyata tujuan besar dibalik usaha mereka adalah agar manusia enggan untuk bersyukur.

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 17)

Karena itu jangan pernah lepas dari syukur disetiap kesempatan dalam hidupmu!

Semoga bermanfaat…

Minggu, 27 Januari 2019

Tinggalkan Dosa Besar, Allah Akan Mengampuni Dosa Kecilmu





Allah SWT berfirman,

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa’: 31)

Sebenarnya tidak ada dosa yang kecil ataupun besar jika kita melihat siapa yang kita langgar. Harus disadari bahwa apapun dosanya, kita sedang menyalahi ketentuan Sang Pemilik Alam Semesta.

Namun dosa itu bisa terbagi menjadi dosa kecil dan besar bila kita menisbatkannya pada dosa itu sendiri.

Karena itu dalam bahasa Al-Qur’an yang kita sebutkan hari ini, ada yang disebut الكَبَائِر (dosa-dosa besar) dan ada yang disebut السَيِّئَاتِ (dosa-dosa kecil).

Ayat ini ingin menjelaskan bahwa apabila engkau meninggalkan dosa-dosa besar maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kecilmu.

Ayat tidak tidak ingin membuka peluang untuk melegalkan dosa kecil asal tidak melakukan dosa besar, tidak sama sekali.

Tapi ayat itu mengatakan, ketika engkau meninggalkan dosa besar padahal engkau mampu melakukannya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kecilmu.

Seperti firman Allah SWT,

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.” (QS. Hud: 114)

Dan akhir ayat ini menyebutkan,_“dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”

Karena surga tidak akan bisa dimasuki sebelum seseorang bersih dari dosa-dosanya. Karena surga itu tempat yang bersih dan tidak akan masuk ke dalamnya siapapun yang masih ada kekotoran dalam dirinya.

Maka tinggalkan semua dosa dan mohonlah ampun selalu kepada-Nya.

Rasulullah SAW bersabda,

لَا كَبِيْرَ مَعَ الإِسْتِغْفَار

Tidak ada dosa besar bila telah memohon ampunan.

وَلَا صَغِيْرَ مَعَ الإِصْرَار

Dan tidak ada dosa kecil bila terus dilakukan.

Jangan pernah remehkan dosa kecil karena yang kecil bila diremehkan akan menjadi dosa besar. Dan jangan pernah putus asa dengan besarnya dosamu, karena sebesar apapun dosamu pasti pintu ampunan-Nya lebih besar.

Semoga bermanfaat

Jumat, 11 Januari 2019

Ketika Betisnya Bidadari Terlihat Rosulullah saw



 Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa aali wasallam,

hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga menikah.
 Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah.

 Ketika sedang mengasah pedangnya, tiba-tiba Rasulullah Saw datang dan mengucapkan salam.

Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
 “Wahai saudaraku Zahid…selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Saw menyapa.
 “Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajah Beliau. “Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,?” Tanya Rasulullah Saw.

 Zahid menjawab,
 “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau dengan diriku ya Rasulullah?” ”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah.

” Kata Rasulullah Saw sambil tersenyum.

 Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan Sahabatnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.

 Setelah surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah memberikan surat tersebut kepada Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat lamaran tersebut kepadanya.
 Disebabkan di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
 “Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia diberikan untukmu saudaraku.

” Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.
” Lalu surat itu dibuka dan dibacanya.

 Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya.
 Akhirnya Said bertanya kepada Zahid,
 “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?
” Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong...
” Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata,
 “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini…
bukankah lebih baik di persilahkan masuk?”
 “Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,
” kata ayahnya. Di saat Zulfah melihat Zahid, sambil menangis ia berkata,
 “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!
” Zulfah merasa dirinya terhina.
 Maka Said berkata kepada Zahid,
“Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak

.” Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?
” Akhirnya Said berkata,
 “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.

” Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali,

أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ... Ia menyesal atas kelancangan perbuatannya itu.

 Seketika ia berkata kepada ayahnya,
 “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini.

Karena aku ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur:

 إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١)

 “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul yang mengadili (mengambil keputusan ) diantara mereka, ucapan yang muncul hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An Nur 24:Ayat 51)

” Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang.

 Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
 “Bagaimana Zahid?”
 “Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid.

“Apakah sudah ada persiapan?
” Zahid menundukkan kepala sambil berkata,
 “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki apa-apa.

” Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke beberapa sahahbat untuk membantunya mendapatkan uang untuk menikah.
 Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan perkawinan.

 Tak lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah.
Zahid Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi Agama Allah. Akhirnya dia mencoba kembali lagi ke masjid.

 Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya
“Ada apa ini?
” Sahabat menjawab,
“Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?” Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata,

 “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah dan menunda pernikahan ini.

" Para sahabat menasihatinya,
“Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau malah hendak berperang?” Zahid menjawab dengan tegas
, “Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.
” Lalu Zahid membacakan ayat AlQur'an di hadapan sahabat Nabi:

 قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤)

“Katakanlah, Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai , itu semua lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24).

 Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran.
Dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau mendapatkan syahid.
 Gugur demi membela agama Allah dan Rasulullah. . .
 Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasul dan pasukannya.
 Senja yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah memeriksa satu persatu yang telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhada Allahu azza wajalla.
Nampak dari kejauhan sosok pemuda yg bersimbah darah dengan luka bekas sasatan pedang.

 Rasulullah menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan manusia agung ini.
 Habiballah memeluknya sambil menangis tersedu-sedu,
"Bukankah engkau ya Zahid yg hendak menikah malam ini ??
" Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku.

" Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke sebelah kiri karena malu.
 Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik dari Surga menjemput Ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap hingga betisnya yang indah terlihat. Ini yang membuat Rasulullah malu. Rasulullah berkata,
 “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.
” Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an;

 وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (آل عمران ١٦٩ - ١٧٠)

 “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya
mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan bahagia disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Ali Imran, 3:169-170.)

 Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata, dan Zulfah pun berkata :
 “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

By; goes joned
والله ا ع لم بصوا ب

Hukum Pria Memakai Kalung

Laki-laki berkalung Assalamu'alaikum, Maaf, mau tanya, kalau laki'' memakai kalung hukumnya apa ?? Kalung emas / kal...